Salah seorang pembeli Suriansyah di Palangka Raya, Sabtu, mengatakan, dirinya bersama warga lainnya bersyukur dengan adanya subsidi yang diberikan Pemprov Kalteng terhadap beras ini, terutama beras pera.
"Kami sangat menyukai beras karau dan dengan adanya beras harga subsidi ini menjadi pilihan bagi kami," jelas Suriansyah yang merupakan warga dari daerah Flamboyan tersebut.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kalteng Riza Rahmadi mengatakan, pada pasar penyeimbang ini beras subsidi yang dijual ada dua jenis, yakni beras pera dan beras premium pulen.
"Hari ini uji coba satu ton yang mulai kami pasarkan, terdiri dari 500 kilogram beras pera dan 500 kilogram beras premium pulen," terang Riza Rahmadi.
Nilai subsidi yang pemerintah provinsi berikan, yakni untuk beras pera adalah Rp6 ribu per kilogram dan beras premium pulen adalah Rp4 ribu per kilogram.
Adapun harga beras setelah disubsidi menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat, terlebih jika dibandingkan beras sejenis lain yang ada di pasaran. Untuk beras pera subsidi per lima kilogram menjadi Rp50.000 ribu dan beras premium pulen per lima kilogram menjadi Rp47.500 ribu.
"Yang paling diminati memang beras pera atau karau, karena memang masyarakat di Palangka Raya menyukai beras tersebut," jelas Riza.
Lebih lanjut dia menjabarkan, pemerintah provinsi total memberikan subsidi terhadap 2.700 ton beras melalui Bulog untuk pengendalian inflasi di daerah setempat. Subsidi beras pera yakni sebanyak 1.350 ton dan beras premium pulen juga sebanyak 1.350 ton.
Pemberian subsidi ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman (MoU) antara Pemprov Kalteng dengan Bulog beberapa waktu lalu, sesuai instruksi Gubernur Sugianto Sabran dalam upaya pengendalian inflasi maupun menjaga ketersediaan menghadapi Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2023.
Sementara itu Wakil Gubernur Kalimantan Tengah Edy Pratowo menjelaskan, terkait inflasi melalui serangkaian program dan kegiatan yang menyentuh berbagai sektor, pemerintah provinsi berhasil menekan angka inflasi dalam beberapa bulan terakhir.
Penurunan bisa dilihat dari inflasi (year on year/yoy) Kalimantan Tengah mulai dari September 8,12 persen, kemudian Oktober 7,10 persen, hingga menjadi 6,97 persen pada November.
"Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah daerah baik pemerintah provinsi maupun kabupaten dan kota, membuat inflasi di Kalimantan Tengah pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada September 2022 relatif terkendali," kata Edy Pratowo.
Disebutkan, harga kebutuhan masyarakat pada November 2022 relatif terkendali. Inflasi yang terjadi pada November lebih dikarenakan faktor eksternal dan di luar kewenangan pemerintah daerah, yakni kenaikan tarif angkutan udara maupun kenaikan harga rokok yang dilakukan produsen, sebagai antisipasi kenaikan cukai rokok tahun mendatang sehingga kenaikannya tidak terlalu tinggi.
Adapun wujud nyata pengendalian inflasi di Kalimantan Tengah maupun upaya menjaga daya beli masyarakat, lanjutnya, yakni jangka pendek pengendalian inflasi adalah pelaksanaan operasi pasar, pemberian subsidi biaya tranportasi, menggaungkan gerakan menanam cabai, hingga menambah jumlah penerbangan dari dan ke Kalimantan Tengah.
"Untuk upaya jangka panjang adalah melakukan kerja sama antar daerah baik di dalam provinsi maupun luar provinsi, mendirikan sentra cabai rawit di Kapuas, serta melibatkan BUMD Pangan untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan," jelas Edy.
Pewarta: Muhammad Arif Hidayat
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022